Penyakit Gudik

/
0 Comments

GUDIK

Skabies (gudik) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui alas tempat tidur dan pakaian.

Sarcoptes scabiei adalah kutu (atau tungau) mungil berwarna putih transparan, berbentuk bulat lonjong. Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-0,4 mm, sedangkan si jantan setengah dari ukuran betina. Di luar kulit, kutu ini hanya dapat bertahan hidup 2-3 hari pada suhu kamar dan kelembaban 40-80%.
http://indrax.files.wordpress.com/2008/06/skabies.jpg
 
Cara berkembang biak dan penularan:
Setelah membuahi kutu betina maka si pejantan mati. Kutu betina yang sudah dibuahi akan membuat liang terowongan di kulit, kemudian bertelor sekitar 40-50 butir telor, dan akan menetas setelah sekitar 3-5 hari. Hasil penetasan (larva) kutu tersebut keluar ke permukaan kulit dan tumbuh menjadi kutu dewasa dalam waktu sekitar 16-17 hari. (referensi lain menyebutkan 10-14 hari)
Penularan terjadi melalui:
  • Kontak langsung, kontak seksual
  • Secara tidak langsung melalui bekas duduk, sprei (alas) tempat tidur serta pakaian.
TANDA-TANDA
Keluhan utama pada penderita skabies (gudik) adalah:
  • Rasa gatal terutama waktu malam hari.
  • Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.
  • Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.
Lokasi paling sering di sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan, siku, ketiak, daerah payudara, sekitar pusar dan perut bagian bawah, sekitar kelamin dan pantat. Sedangkan pada bayi dan anak-anak dapat mengenai wajah, sela-sela jari kaki dan telapak kaki.
Pada pria bisa mengenai ujung kemaluan bahkan sekujur kemaluan.
DIAGNOSA
Penetapan diagnosa skabies (gudik) berdasarkan riwayat gatal terutama pada malam hari dan adanya anggota keluarga atau teman dekat yang sakit seperti penderita ( ini menunjukkan adanya penularan ).
Pemeriksaan fisik yang sangat penting adalah dengan melihat bentuk tonjolan kulit yang gatal dan arena penyebarannya.
Untuk memastikan diagnosa skabies (gudik) adalah dengan pemeriksaan mikroskop untuk melihat ada tidaknya kutu Sarcoptes scabiei atau telurnya.
PENGOBATAN
Pengobatan ditujukan pada pemberantasan kutu Sarcoptes scabiei dan mengurangi keluhan gatal serta penyulit yang timbul karena garukan.
Antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, kelamin, dll) akibat garukan.
TIPS dan ANJURAN
  • Periksakan ke Puskesmas, dokter, dokter spesialis kulit atau Rumah sakit setempat bila menjumpai penyakit ini untuk mendapatkan pengobatan.
  • Cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya) dengan air panas.
  • Mandi teratur dengan sabun.
  • Apabila ada yang sakit Skabies (gudik), periksakan semua anggota keluarga yang kontak dengan penderita. Jika ternyata menderita skabies, obati semuanya secara serempak agar tidak terjadi penularan ulang.
  • Bagi para guru atau Ustadz yang mendapati murid atau santrinya sakit Skabies (gudik) hendaknya menganjurkan kepada murid atau santrinya untuk berobat secara serempak di Puskesmas terdekat atau poliklinik Kulit Rumah Sakit setempat.
PENGOBATAN TRADISIONAL

Untuk pengobatan luar, cukup ambil daun, kulit, batang, atau akar salam seperlunya. Cuci bersih, lalu giling halus sampai menjad adonan seperti bubur. Balurkan ke tempat luka, kemudian dibalut.

Obat Untuk Gudik atau Skabies

Sahabat frenita, memang tidak enak kalau kita mengalami gatal pada malam hari. Lagi asyik-asyiknya istirahat, eh malah disibukkan dengan garuk-garuk sela-sela jari tangan sampai berair.
Mungkin sahabat frenita juga pernah mengalaminya ya? ayo ngaku.. ini yang orang jawa sering bilang sebagai GUDIK ataupun dalam bahasa medis sebagai SKABIES. Penyebabnya yaitu Kutu yang bernama Sarcoptes scabei.

Menurut Purba Kuncara, seorang dokter umum yang bertempat tinggal di Malang, Jawa Timur, biasanya penyakit ini dialami oleh orang-orang yang tinggal di pondok ataupun asrama. Dan biasanya anak-anak. Kenapa demikian? karena dikaitkan dengan higiene individu. Misalnya, sering memakai handuk secara bersamaan, padahal seorang temannya tengah terkena skabies. Nah loh…
Lokasi yang paling sering terkena adalah di sela-sela jari tangan, siku bagian dalam, lipak ketiak bagian depan, perut bagian bawah, pantat, paha bagian dalam, daerah payudara, sekitar kelamin dan pinggang. Nah, pada pria sangat khas ditemukan pada penis, sedang pada wanita di sekitar aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya.
Pengobatan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies (mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama, dll).
Untuk pasien dewasa, biasa diberikan gama benzen heksa klorida atau sering disebut dengan gameksan, atau mereknya di pasaran adalah Scabisid. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil. Pemberian cukup sekali pada malam hari (sekali saja), tapi bila gejala masih ada, boleh diulangi seminggu kemudian dan pemberiannya juga cukup sekali.
Permetrin 5% dalam bentuk krim, atau mereknya di pasaran adalah Scabimite, boleh dipakai untuk bayi di atas 2 bulan karena obat tersebut kurang toksik dibandingkan gameksan. Tetapi efektivitasnya sama.  Pemberian dioleskan cukup sekali, biasanya malam hari dan didiamkan selama 10-12 jam, kemudian pagi harinya dicuci bekas salepnya/dimandikan. Bila belum sembuh, boleh diulangi setelah seminggu.
Obat yang diminum untuk menghilangkan rasa gatal, bisa dengan meminum antihistamin oral (CTM, loratadin atau cetirizin). CTM boleh diberikan 1-3 x/hari, sedang loratadin atau cetirizin cukup 1 x sehari pada malam hari.
“Segera obati jika ada anggota keluarga atau teman asrama yang terkena skabies karena penyakit ini sangat menular. Dan jangan lupa, untuk  merendam dengan air panas semua pakaian yang digunakan oleh penderita, termasuk handuk. Juga kasur harus sering dijemur”, imbuhnya.

Juguran ala M2Net Mampu Cegah Penyakit Gudik

by Novi on 11 March 2011
Gudik masih jadi perbincangan di kalangan santri Al Hikmah. Dari statistik google tercatat sebanyak 162 kata “gudik” meramaikan dunia daring Al Hikmah. Seakan sudah menjadi trending topik kalangan setempat. Padahal gudik sendiri bukanlah barang langka di kalangan santren. Orang bilang gak lulus nyantrinya kalau belum kena gudik.
Gudik atau gudiken (bhs surabaya) sendiri adalah salah satu penyakit kulit yang mudah menular dari satu orang ke orang lainnya, sehingga tak jarang menyebar dalam keluarga ketika salah satu anggota keluarganya pulang kerumah membawa penyakit ini. Bila sebuah keluarga terjangkit penyakit gudik maka tak ayal akan terjadi ritual menggaruk bersama terutama di malam hari. Beberapa penderita penyakit gudik menggambarkan seperti gitaran. Gerakan menggaruk yang mirip bermain gitar di malam hari lantaran rasa gatal yang ditimbulkannya.
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa penyakit gudik (skabies, medis) mudah menular dan menjangkiti sekelompok orang melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Karenanya langkah paling ampuh mengcegahnya adalah dengan menghindari kontak didarat, salah satunya adalah dengan ber-Juguran ala M2Net.
Juguran ala M2Net adalah kongkow, ngumpul-ngumpul, dan ngobrolĂ‚ ngalor-ngidul (Ngutara-nyelatan) santai melalui media online, baik via forum ataupun mailing list. Kalau mau yang formal-formal ruangnya ada di website rubrik Forum. Kalau ingin yang lebih beraroma kasak-kusuk milis tempatnya.
Meski dijamin aman dari gudik tak ada salahnya mengetahui langkah pengobatan kalau-kalau suata saat tetap terkena juga. Berikut adalah tips dan langkahnya :
  1. Olesi daerah yang gatal dengan salep Scabicid buatan kimia farma. Cara mengolesi selama 24 jam tidak boleh mandi, bila mandi salep yg masuk belum penuh kedalam terowongan terangkat lagi,oleskan 3 kali sehari shg seluruh terowongan terisi oleh salep. Setelah “mandi salep” 24 jam, kemudian mandi air hangat,semua pakaian direbus dg air hangat,sarung bantal,sarung guling dan seprei rebus juga dg air panas.Bantal,guling,kasur dijemur.Sesudah mandi air hangat “dilarang berkumpul lagi dg yang masih gatalan”,kmd oleskan bedak salicyl pada bekas gatal tsb.
  2. Seminggu kemudian lakukan cara yang sama “mandi salep” dalam seminggu bentuk larva yang tidak bisa dibunuh oleh salep menjadi scabies dewasa, makanya harus diulang mandi salep.


You may also like

No comments: